Selasa, 31 Juli 2012

KALANGAN BAWAH

suatu ketika aku berkunjung ke rumah sakit di sebuah daerah. aku menjenguk adikku yang juga dirawat di rumah sakit itu karena demam berdarah. aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya di depan sebuah kamar di rumah sakit itu dan kami terlibat dalam dialog ringan.aku : ibu kenapa kok ada di depan pintu gini?ibu paruh baya " saya bingung nak...aku :bingung kenapa bu?ibu paruh baya: suami ibu sakit...aku: terus ibu bingung dengan biayanya?ibu paruh baya: bukan, ibu dapat bantuan masyarkat miskin.aku: terus apa yang bikin bingung?abu paruh baya: kalau di rawat gratis memang susah kayak gini ya nak ngurusnya?aku: lo saya kurang tahu bu, memang gag da yang bantu ibu ngurusi ini?ibu paruh baya: saya ini gag punya anak, saya juga gag bisa baca tulis. saya sudah tua dari td di suruh ke ruang ini ngisi ini dan itu. saya bingung butuh surat ini dan itu. wadooohh susah temen ya dadi wong gag duwe (haduh susah bener ya jadi orang miskin) mau berobat gratis aja masih susah ngurus ini dan itu.aku terdiam dan ahirnya ku putuskan untuk membantu ibu itu terlebih dahulu menyelesaikan administrasinya. dan aku merasakan sendiri memang sangat sulit. harus kesana kemari denagn melengkapi surat ini dan itu. inikah yang di anggap meringankan masyarakat miskin. memang pada akhirnya mereka akan mendapat perawatan gratis, tapi perjuangan mereka yang dengan persyaratan yang termat sulit khususnya bagi orang-orang yang buta huruf. coba saja yang dirawat adalah keluarga pejabat pemerintahan???? sudah uangnya banyak dapat pengobatan tanpa biaya dan syaratnya pun ringan. hahahha

negara kita memang lucu dan kadang aneh. bukannya para petani yang bisa menghasilkan bahan pangan untuk kita-kita ini yang sejahtera, eh malah kebanyakan para petani Indonesia ini ada di garis penduduk miskin. justru yang semakin makmur adalah para pejabat pemerintah yang notabennya adalah orang-orang yang berada alias orang kaya.
bener dech log ada yang bilang "YANG KAYA MAKIN KAYA, YANG MISKIN MAKIN MISKIN"
waallahu'alam ... :)

x

Minggu, 15 Juli 2012

Fikroh Jameelah: HADRATUSY SYEKH KH. HASYIM ASY’ARI

Fikroh Jameelah: HADRATUSY SYEKH KH. HASYIM ASY’ARI: KH. Hasyim Asy'ari oleh : Warga NU KH Hasyim Asy'ari lahir pada tanggal 10 April 1875 di Demak, Jawa Tengah. Beliau merupaka...

HADRATUSY SYEKH KH. HASYIM ASY’ARI


KH. Hasyim Asy'ari

oleh : Warga NU




KH Hasyim Asy'ari lahir pada tanggal 10 April 1875 di Demak, Jawa Tengah. Beliau merupakan pendiri pondok pesantren Tebu Ireng dan juga perintas salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Beliau juga dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.

Semenjak kecil hingga berusia empat belas tahun, KH Hasyim Asy'ari mendapat pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya, Kiai Asyari dan Kyai Utsman. Hasratnya yang besar untuk menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin. Hasilnya, ia diberi kesempatan oleh ayahnya untuk membantu mengajar di pesantren karena kepandaian yang dimilikinya.

Berikut data-data beliau :
Nama Lengkap                       : KH Hasyim Asy'ari
Tanggal Lahir                          : 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H)
Tempat Lahir                           : Demak, Jawa Tengah
Wafat                                      : Jombang, Jawa Timur, 7 September 1947
Ayah                                       : Kiai Asyari
Ibu                                          : Nyai Halimah

Istri:
Nyai Nafiqoh
Nyai Masruroh

Putra / Putrinya:
Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf, Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad Ya’kub.

Karena Hasrat tak puas akan ilmu yang dimilikinya, Beliaupun belajar dari pesantren ke pesantren lain. Mulai menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), dan Pesantren Siwalan, Panji (Sidoarjo). Di pesantren Siwalan ia belajar pada Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu.

Di tahun 1892, KH Hasyim Asy'ari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di Mekah. Di sana ia berguru pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang hadis. Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren Tebu Ireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.
 
Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899, Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren Tebu Ireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.

Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Cara yang dilakukannya itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bidat. Ia dikecam, tetapi tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kiai Hasyim Asy'ari.
Meski mendapat kecaman, pesantren Tebuireng menjadi masyur ketika para santri angkatan pertamanya berhasil mengembangkan pesantren di berbagai daerah dan juga menjadi besar.

Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisiona lainnya, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat. Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya.

Dengan alasan yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, KH. Hasyim Asy'ari ditangkap. Berkat bantuan putranya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebuireng.

Setelah  Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 bertepatan dengan 7 ramadhan 1366H pada usia 76 tahun karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebuireng.

Jumat, 13 Juli 2012

YOYO SANG PEMIMPIN NEGERI



Dia terdiam dalam keramaian, hanya bisa tertunduk dan melihat keadaan dirinya. Lusuh, kotor dan amat tak layak untuk berada di tempat ini. Aku hanya terdiam menatapnya, ia begitu minder dengan teman-temannya yang rata-rata adalah anak seorang konglomerat. “kamu kenapa yo?”, ucapku sambil menepuk pundaknya dan hal itu membuatnya sedikit terkejut. “ehhmm gag papa bu..”, jawabnya lirih. “kamu gag main sma teman-temanmu?”, “mana ada yang mau main sama anak seorang pemulung seperti saya bu, negara ini negara yang menjujung tinggi siapa yang kaya dia yang bisa berkuasa dan orang miskin seperti saya ini hanya bisa menjadi babu bagi mereka, bahkan tak pernah di anggap”, jawab yoyo polos. Aku meneteskan air mata kala mendengar ucapan yoyo, “nak...gag semua orang bisa seberuntung kamu, harusnya kamu bisa bersyukur mereka tak memiliki hati sebaik kamu. Tak ada guna orang kaya harta tapi tak hati. Kamu anak yang hebat, kamu yang nantinya akan mengubah nasib keluargamu, kamu anak yang cerdas, ya anak-anak seperti kamu inilah para generasi pemimpin bangsa”, kataku sambil mengelus-elus pundak yoyo. “tapi aku tak ingin jadi pemimpin bu!!”, jawab yoyo singkat. “kenapa?”, tanya ku. “aku hanya ingin perubahan dari negeri ini, sama rata. Tak ada bapak dan ibu negara, yang ada semua orang sama. Pemimpin gag harus minta di hormati, pemimpin gag harus di layani oleh rakyat jelata, pemimpin gag harus kemana-kemana di kawal dengan ajudan yang badannya besar-besar, pemimpin gag seharusnya tinggal di rumah mewah yang di sebut “istana negara”, pemimpin gag harus duduk manis di dalam mobil mewah yang dingin dengan Acnya. Seorang pemimpin harusnya bisa duduk bersama dengan orang-orang miskin seperti saya, seorang pemimpin harusnya menjadi pelayan publik, pelayan rakyat yang siap kapanpun rakyat membutuhkan bantuan, seorang pemimpin harusnya bisa hidup dengan penuh kesederhanaan, seorang pemimpin harusnya bisa melestarikan kebudayaan bangsa dengan kemana-mana tanpa menggunakan mobil tapi menggunakan becak, seorang pemimpin harusnya bisa memberi penghidupan yang layak untuk para rakyat miskin khususnya petani yang menjadi sumber penghidupan semua hukan malah mengharap gaji yang amat besar, padahal hakikat pemimpin adalah mengayomi, menghidupi dan mensejahterakan. Bukan malah minta di ayomi, mencari penghidupan dari jabatannya dan meminta kesejahtraan untuk hidupnya dan keluarganya sendiri”, ucap yoyo semangat. Aku melihat kekecewaan yang mendalam dari dalam diri Yoyo atas nasib bangsa kita, semua orang berebut untuk menjadi orang nomor 1 di negeri ini, tapi mereka tak pernah berfikir hakikat dari suatu jabatan khusunya seorang pemimpin.
Yoyo hanya sebagian kecil dari anak bangsa kita yang merasakan kepedihan dan ketidak adilan yang ada di negeri kita. Kita berkaca pada pemimpin-pemimpin negeri sekarang ini yang lebih mementingkan isi perut mereka d bandingkan mengurusi rakyat yang ada di pinggiran yang hanya untuk mencari sesuap nasi saja sudah sangat kesusahan. Para pejabat bisa tidur nyenyak di rumah mereka yang meweh sedangkan banyak anak-anak jalan yang bahkan alas tidur saja tak punya apalagi tempat tinggal. Tragis memang tapi inilah gambaran negeri kita yang selalu kita banggakan.